Senin, 28 Maret 2011

ayo berkebun

ungkin Anda pernah membaca di beberapa media tentang kegiatan berkebun. Kali ini saya ingin berbagi dengan Anda, kegiatan berkebun bagi yang tinggal di perkotaan yang di ikuti oleh saya dan teman-teman.

Tepatnya saya dan teman-teman terhubung satu dengan yang lainnya di Twitter oleh arsitek Bandung bernama Ridwan Kamil dan melakukan focus group discussion sekitar bulan November 2010. Saat itu ia (kami biasa memanggilnya dengan Mas Emil atau Kang Emil) membagi visinya kepada kita semua atas cita-citanya membuat Jakarta lebih hijau dan meninggalkan kota yang terjaga dan layak dihidupi untuk generasi selanjutnya. Mas Emil juga menceritakan passion-nya untuk mengajak keluarga dan masyarakat ikut berkebun. Mendekatkan diri dan meningkatkan penghargaan dengan alam walaupun tinggal di perkotaan melalui berkebun.

Berkebun bukan saja hanya bisa dilakukan di pedesaan, tetapi juga di perkotaan. Keinginannya adalah agar ada lahan berkebun bagi masyarakat perkotaan yang bisa digarap masyarakatnya sendiri dengan cara yang menyenangkan dan dengan pendekatan yang bersifat rekreasi. Nantinya lahan tersebut bisa seperti tempat bermain dimana para pesera akan mendapatkan sepetak tanah dan berbagai bibit tanaman yang dapat ditanam sendiri. Peserta dapat mengunjungi seminggu sekali untuk merawat apa yang ditanam, sementara yang merawat serta menjaga kebunnya setiap hari adalah masyarakat yang tinggal di rumah bedeng di sekitarnya. Nantinya, saat panen bisa bagi hasil antara peserta dan pemeliharan yang tinggal di rumah bedeng tersebut. Kegiatan ini akan jadi sebuah bentuk rekreasi, sekalipun edukasi, mempunyai nilai ekonomi bagi rakyat sekitar dan utamanya adalah pelestarian lingkungan.
“"Anda dapat memulai di lingkungan tempat Anda tinggal, mengajak para tetangga mengelola lahan yang tidak terpakai yang di ijinkan untuk ditanam. "”
[Berkebun ceria]


Sebetulnya kegiatan ini sudah ada di beberapa area/daerah, namun demikian tetap saja sangat diperlukan. Lahan berkebun di perkotaan masih jarang, lahan hijau sangat minim. Selain berguna untuk penghijauan, sisi positif kegiatan ini memotivasi orang tua dan generasi muda untuk ikut berkebun. Kita tidak saja jadi dapat mengenal cara berkebun, tapi juga mau tidak mau jadi bermain air, bermain dengan tanah dan terkena matahari. Hal yang luar biasa jarang kita alami sebagai manusia, yang sebetulnya merupakan bagian dari alam.

Mas Emil saat itu sudah siap dengan adanya lahan yang ‘dipinjamkan’ pihak perumahan Springhills di Kemayoran yang siap dipakai untuk aktivitas berkebun tersebut.

Kegiatan berkebun ini diberi nama Jakarta Berkebun, dan sebagian besar dari saya dan teman-teman pengurus Jakarta Berkebun ini mempergunakan Twitter sebagai media untuk mempromosikan kegiatan ini. Pada Twitter akan diberikan link yang tinggal di klik dan masuk ke http://jakartaberkebun.org untuk mendaftar dan mengakses informasi lokasi dan lain sebaginya.

Waktu pun berjalan, proses pengerjaan bergulir dan akhirnya kami semua mengadakan launching Jakarta Berkebun tanggal 20 Februari 2011. Awalnya dimulai dengan press conference yang dihadiri berbagai media.

Lalu dimulailah kegiatan berkebun sore itu. Cukup surprising, peserta yang ikut berkebun ternyata banyak. Disana semua disediakan sepatu boots, sekantung bibit dan sarung tangan. Peserta sejak awal pendaftaran via website telah disarankan untuk memakai topi serta baju yang bisa melindungi diri dari matahari. Kegiatan saat itu sengaja diselenggarakan sore hari agar tidak terlalu panas.
[Peserta jakarta Berkebun yang antusias]


Kegiatan berkebun dijalani peserta dengan sukaria, termasuk saya dan seluruh panitia Jakarta Berkebun. Saya yakin diantara kita semua ada yang tidak pernah berkebun, atau mungkin pernah berkebun saat kecil. Ini jadi hal yang menyenangkan bagi yang mengikuti kegiatan saat itu. Terkadang ada yang bermain siram-siraman air, tidak hanya sambil menanam bibit yang sudah diberikan di pintu masuk. Terik mataharipun tidak terlalu terasa karena sore, dan mungkin juga karena semua terlihat riang gembira.

Lahan dibagi menjadi kumpulan jalur-jalur yangs setiap jalurnya terdiri dari 2 sisi. Disana kita juga belajar menanam dengan jarak yang benar dan teratur. Setiap jalurnya dinamai dengan nama kota-kota di Indonesia.

Hal lain yang menambah seru, beberapa hari sebelum launching para pengurus Jakarta Berkebun sempat sibuk mencari boots warna-warni untuk mereka pakai saat berkebun... dan ternyata susah mencarinya. Itu hanya usaha kita untuk menikmati kegiatan ini agar lebih ceria. Semuanya merasa bahwa kegiatan ini bisa dibawa semenyenangkan mungkin. Selain itu tentunya kita juga menjadi belajar bertanggung jawab dengan apa yang kita tanam.

Nantinya, Jakarta Berkebun akan dibuat ditempat lainnya, dilahan-lahan yang tidak terpakai dan memang di ijinkan untuk dipakai sebagai kegiatan kegiatan berkebun penduduk sekitar.

Bagi Anda yang tidak memiliki kegiatan tersebut di area Anda, sebetulnya Anda dapat memulai di lingkungan tempat Anda tinggal, mengajak para tetangga mengelola lahan yang tidak terpakai yang di ijinkan untuk ditanam. Sebetulnya ini adalah hal sederhana yang bisa dilakukan siapapun. Kunci penting dari kegiatan ini adalah sustainability, alias berkesinambungan. Karena memang tujuannya adalah pelestarian, diluar bahwa ini difungsikan sebagai kegiatan rekreasi dengan aktifitas yang positif.
[Setelah ditanam, disiram yuk!]


Jadi, tunggu apa lagi?
Ayo berkebun!

Anda dapat mennjungi page Jakarta Berkebun di:
Facebook: JKTBerkebun
Twitter: @JktBerkebun